Hujan dan Kekhawatiran

Semalam saya tertidur pukul 9 dengan hujan yang masih malu-malu.

Sebelumnya saya pamit pada suami yang masih sibuk loading untuk event di Galeri Nasional.

“Iya, pulang malam. Loading pesertanya masih banyak. Kamu tidur duluan aja.”

Lalu saya pun terlelap setelah menjawab pesan “Met bobo, mamake..” nya dengan stikel di Line yang imut-imut.

Biasanya, meski saya sudah tertidur, lelaki tampan itu akan tetap mengabari kalau dia sudah mau beranjak pulang.

Pukul 00.15 saya terbangun.

Heavy-rains-41

Hujan deras sekali, disertai guntur.

Dan saya masih sendiri di tempat tidur, dia belum pulang.

Saya lihat ponsel, pesan di Line saya yang terakhir belum dia baca.

Entah mengapa kekhawatiran melanda saya.

Saya kirim pesan lagi, tetap belum dibaca. Sementara hujan terdengar makin deras menyentuh bumi.

Saya makin khawatir dan tanpa  sadar menangis kecil.

“Bapakke baik2 saja,” ucap saya dalam hati, meyakinkan diri sendiri.

Kemudian saya beralih ke whatsapp, mengingat dia pernah bilang sinyal di GalNas kacrut, dan melihat last seen-nya di pukul 00.08.

“Yang, belum selesai?”

Tidak ada jawaban..

Tangis saya makin menjadi.

Ah, sungguh.. Saya tidak suka merasakan kekhawatiran seperti ini.

Menjelang pukul satu, suami saya merespon di whatsapp.

“Iya, Yang. Bloman selesai nih. Bentar lagi pulang kok.”

Embusan napas panjang. Lega.

Dan hujan masih setia dengan derasnya.

Saya membayangkan dia kedinginan di luar.

Ah, masih saja, terselip rasa khawatir meski saya sudah tahu dia baik-baik saja.

Saya lalu kembali terlelap.

Pukul 02.20 lagi-lagi saya terbangun. Dan masih belum tampak kepulangan si Tampan.

Duh, Gusti..

10 menit kemudian pintu kamar terbuka. Saya pura-pura menutup mata. Tidak mau dia tahu kalau saya menunggunya pulang. Sekadar tak ingin dia khawatir akan kesehatan saya.

Setelah berganti baju, dia cium pipi saya.

Saya peluk dia erat. Kekhawatiran saya usai. Untuk malam itu.

Ya Rabb, lindungi si Tampan yang sebentar lagi jadi bapaknya anakku, yaa..

Berkahi setiap langkahnya menjemput rejekiMu..

Karena Engkaulah sebaik-baiknya Pelindung..

Aamiin..

5 thoughts on “Hujan dan Kekhawatiran

Leave a reply to dhee Cancel reply